Air sejatinya adalah anugrah dari Sang Maha Pencipta sebagai bukti kasih sayangNya terhadap semua mahluk di muka bumi ini. Dengan air yang diturunkan dari langit maka bumi yang tadinya mati bisa hidup. biji-bijian tumbuh sumbur menjadi tanaman yang menyediakan sumber nutrisi bagi mahluk hidup lainnya. Dan dengan tumbuh-tumbuhan itu pula, sebagian air tertambat oleh serasah dan perakaran yang akhirnya meresap ke dalam tanah sebagai cadangan air tanah.
Tuhan telah mengatur siklus air itu sedemikian rapi dengan berbagai komponen di dalamnya. Sehingga antara musim kemarau dan musim hujan itu tidak terjadi pluktuasi air yang signifikan. Air mengalir dengan ritme yang begitu teratur dan bersahabat. Tidak ada bencana dari aliran air itu.
Namun karena kepongahan dan keingkaran manusia, yang mengeksploitasi alam secara membabi buta telah merubah irama dan siklus air itu. Air yang dulu mengalir dengan damai berikut kejernihannya, kini datang dengan tiba-tiba dengan volume air yang sangat besar (Banjir). Kerugian akibat bencana banjir ini terjadi pada berbagai sektor baik ekonomi, sosial, kesehatan dan lain-lain. Ironinya, banjir di beberapa daerah selalu terulang disetiap musim hujan. Hingga dikenal istilah daerah langganan banjir. Hal ini menggambarkan bahwa upaya mengatasi penyebab terjadinya banjir itu dilakukan tidak dengan maksimal dan menyeluruh.
Oleh karena itu, setiap komponen masyarakat harus menciptakan harmonisasi dengan alam sekitarnya. Kembali sebagai fungsinya manusia dimuka bumi ini tak lain sebagai kholifah yang memiliki kewajiban untuk menjaga dan memelihara bumi ini dari kehancuran.