KLASIFIKASI HUTAN DI INDONESIA
Adhari, SST
Adhari, SST
Hutan
merupakan suatu bentuk vegetasi klimaks yang tumbuh pada suatu wilayah. Dalam
bentuk vegetasi klimaks di suatu wilayah, maka hutan mempunyai wilayah
penyebaran tempat tumbuh. Tergantung dari kondisi tempat tumbuh (dalam hal ini
adalah vanasi iklim tanah) maka dapat terbentuk beberapa tipe hutan atau tipe
vegetasi.
Tipe hutan (forest cover type) adalah kelompok atau golongan hutan yang ditentukan berdasarkan tipe vegetasi hutan tersebut, terutama koposisi jenisnya dan atau faktor-faktor lingkungannya. Klasifikasi hutan atas tipe-tipe dilakasanakan berdasarkan faktor-faktor antara lain :
Tipe hutan (forest cover type) adalah kelompok atau golongan hutan yang ditentukan berdasarkan tipe vegetasi hutan tersebut, terutama koposisi jenisnya dan atau faktor-faktor lingkungannya. Klasifikasi hutan atas tipe-tipe dilakasanakan berdasarkan faktor-faktor antara lain :
1.
Iklim
(klimatis)
Afktor iklim yang mempengaruhi pemebentukan vegetasi
adalah temperatur, kelembaban, intensitas cahaya dan angin.
2.
Tanah
(edafis)
Faktor tanah yang mempengaruhi pembentukan vegetasi
adalah siat fisik, sifat kimia dan kelembaban tanah.
3.
Asal-usul
biogeografi.
Klasifikasi
Berdasarkan Iklim.
Tipe hutan berasarkan pembentukannya sangat dipengaruhi
oleh iklim yang disebut formasi klimatis. Yang termasuk formasi ini:
Hutan
Hujan Tropis (Tropical Rain Forest)
Hutan ini terdapat pada tempat yang curah hujannya
tinggi, di wilayah denga tipe iklim A dan B yang selalu basah. Rata-rata suhu
tahunan di wilayah ini berkisar antara 200C, curah hujan rata-rata
lebih besar dari 2000mm/th dengan sebaran hujan yang merata sepanang tahu,
sehingga kadang-kadang tidak ada perbedaan musim kemarau dan penghujan. Banyak
didapat di palau-pulau Sumatra, Kalimantan,
Jawa Barat, Sulewesi Utara dan Irian.
Karena
curah hujannya tinggi, jenis tumbuhannya sangat banyak dan rapat tumbuhnya,
mulai dari pohon besar, perdu, semak, pohon memanjat (liana), epifit, parasit,
paku-pakuan, anggrek dan tubuhan bawah yang rapat. Hutan hujan tropis ini
anggotanya tidak pernah menggugurkan daun, liananya berkayu, pohon-pohonnya
lurus-lurus dapat mencapai rata-rata tinggi 30 meter. Menurut
ketinggian letaknya hutan hujan tropis dibedakan menjadi tiga zona yaitu :
Zona
I :
Hutan
hujan tropis dataran rendah dengan ketinggian 0 – 1000m dpl, terdapat di
Sumatra, Kalimantan dan Maluku. Jenis pohon
yang dapat dijumpai adalah jenis Dipterocarpaceae
seperti :
1
|
Keruing
(Dipterocarpus sp)
|
9
|
Dispyros
sp
|
2
|
Merawan
(Hopea mangerawan)
|
10
|
Canarium
sp
|
3
|
Resak
(Vatika sp)
|
11
|
Eusideroxylon
zwageri
|
4
|
Agathis
sp
|
12
|
Dysoxylum
densiflorum
|
5
|
Kompassia
sp
|
13
|
Rasamala
|
6
|
Dyera
sp
|
14
|
Pericopsis
moorina
|
7
|
Pometia
pinnata
|
15
|
Meranti
(Shorea sp)
|
8
|
Intsia
sp
|
16
|
Kapur
(Dryobalanops aromatica)
|
Zona
II :
Hutan Hujan Tropis Pegunungan Dengan
ketinggian 1000-3000m dpl. Pada zona ini pohon berukuran besar dan tinggi
pohonnya berkurang serta selalu menghijau. Epiphyt dan paku-paku yang
menyerupai pohon bertambah banyak, jumlah strata dan jenis-jenis
Diperocarpaceae juga berkurang pada zona ini. Jenis-jenis pohon yang dapat
dijumpai antara lain :
1. Rasamala
2. Damar
3. Quercus
sp
4. Pinus
merkusii
5. Podocarpus
imbricate
6. Albizia
montana.
Zona III :
Hutan Hujan Tropis Pegungan Tinggi Dengan ketingian 330-4100m dpl. Zona ini terutama terdapat
di Irian Jaya pada lereng-lereng gunung yang menjulang tinggi. Jenis-jenis yang
biasa dijumpai antara lain :
1. Dacrydium
2. Phyllocladas
3. Podocarpus
4. Araucaria
eugenia
5. Calophyllum
Hutan
Musim (Hutan gugur daun)
Hutan musim terdapat di wilayah dengan tipe iklim C dan
D, dengan rata-rata curah hujan per tahun 1000-2000mm. Pergantian iklim antara
musim kering dan musim hujan nyata sehingga beberapa pohon menggugurkan daun.
Hutan ini juga kaya tumbuhan merambat. Daerah-daerah yang terdapat hutan musim antara lain : Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya.
Berdasrkan tinggi tempat tumbuh, hutan musim dibedakan
dua zona yaitu :
Zona I :
Hutan musim dataran rendah (0-1000m dpl) pada zona ini
dapat dijumpai jenis-jenis pohon :
Jati
|
Homalium
tomentosum
|
Schleicera
oleosa
|
Dalbergia
latifolia
|
Acacia
leucophloea
|
Albizia
chinensis
|
Actinophora
fragrans
|
Zona
II
Hutan musim pegunungan ( lebih dari 1000m dpl). Jenis yang merupakan cirri khas zona ini adalah :
Jawa : Casuarina junghuhniana
Indonesia bagian timur : Eucalyptus spp
Sumatera Pinus merkusii
Jenis lain yang juga dapat dijumpai Acacia decuren
Hutan musim pegunungan ( lebih dari 1000m dpl). Jenis yang merupakan cirri khas zona ini adalah :
Jawa : Casuarina junghuhniana
Indonesia bagian timur : Eucalyptus spp
Sumatera Pinus merkusii
Jenis lain yang juga dapat dijumpai Acacia decuren
Hutan
Savana.
Curah hujan hutan savana
900-1000mm/tahun, dengan periode kering 4-5 bulan. Dengan lamanya
periode kering tersebut maka pertumbuhan pohonnya juga terbatas, tingginya kadang kadang hanya 3-8m.
hutannya sangat terbuka dengan di bawahnya kita jumpai rumput-rumputan yang luas. Umumnya
pohon-pohon di sini banyak yang berduri bahkan lebih tepat lagi bila disebut perdu. Type hutan savana ini
banyak terdapat diTimor.
periode kering tersebut maka pertumbuhan pohonnya juga terbatas, tingginya kadang kadang hanya 3-8m.
hutannya sangat terbuka dengan di bawahnya kita jumpai rumput-rumputan yang luas. Umumnya
pohon-pohon di sini banyak yang berduri bahkan lebih tepat lagi bila disebut perdu. Type hutan savana ini
banyak terdapat diTimor.
Klasifikasi
Berdasarkan Tanah
Tipe hutan yang dalam pembentukannya sangat dipengaruhi
oleh iklim disebut formasi edafis. Yang termasuk
formasi ini :
Hutan pantai
Hutan pantai terdapat pada daerah kering di tepi pantai, beberapa meter di atas garis pasang tertinggi,
tanahnya berpasir kadang-kadang berbatu, dan tidak terpengaruh oleh iklim.
Jenis tumbuhannya tidak terlalu banyak antara lain ketapang, cemara laut, baringtonia, dan nyamplung.
Daerah sebaran utamanya di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi.
Hutan payau
Iklim tidak banyak berpengaruh terhadap koposisi dan pembentukan hutan payau. Pengaruh iklim yang dapat
dilihat hanya pada epiphyt di daerah yang selalu basah anggota epiphytnya cukup, sedangkan di daerah
curah hujannya sangt kurang anggota epiphytnya jarang. Pada pantai tanpa sungai umumnya jalur hutan
payau sempit, sedangkan di pantai yang mempunyai sungai dengan pengendapan lumpur yang cukup, jalur
hutan payau cukup luas.
Hutan payau terdapa di pantai yang tenang, dipengaruhi oleh pasang surut air laut namun tidak banyak
terpengaruh ombak besar. Selain itu juga terdapat pada pantai yang berlumpur/sedikit pasir dan pada
umumnya terjadi di tempat di mana terjadi pendangkalan terutama pada muara-muara sungai.
Drainase hutan payau pada umumnya jelek, sehingga pohon-pohnnya perlu mempunyai alat yang dapat
dipakai untuk menyesuaikan diri di daerah ini, seperti system perakaran tertentu (akar napas, akar lutut, akar
tunjang) Jenis pohon yang penting adalah Avicennia yang berada pada tepi pantai, Sonneratia di tepi sungai
kemudian lebih ke dalam jenis Rhizophora dan lebih ke dalam lagi Bruguiera. Di bagian yang lebih tinggi, yaitu
dimana tempat ini beralih menjadi rawa air tawar sering dijumpai hutan nipah.
formasi ini :
Hutan pantai
Hutan pantai terdapat pada daerah kering di tepi pantai, beberapa meter di atas garis pasang tertinggi,
tanahnya berpasir kadang-kadang berbatu, dan tidak terpengaruh oleh iklim.
Jenis tumbuhannya tidak terlalu banyak antara lain ketapang, cemara laut, baringtonia, dan nyamplung.
Daerah sebaran utamanya di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali dan Sulawesi.
Hutan payau
Iklim tidak banyak berpengaruh terhadap koposisi dan pembentukan hutan payau. Pengaruh iklim yang dapat
dilihat hanya pada epiphyt di daerah yang selalu basah anggota epiphytnya cukup, sedangkan di daerah
curah hujannya sangt kurang anggota epiphytnya jarang. Pada pantai tanpa sungai umumnya jalur hutan
payau sempit, sedangkan di pantai yang mempunyai sungai dengan pengendapan lumpur yang cukup, jalur
hutan payau cukup luas.
Hutan payau terdapa di pantai yang tenang, dipengaruhi oleh pasang surut air laut namun tidak banyak
terpengaruh ombak besar. Selain itu juga terdapat pada pantai yang berlumpur/sedikit pasir dan pada
umumnya terjadi di tempat di mana terjadi pendangkalan terutama pada muara-muara sungai.
Drainase hutan payau pada umumnya jelek, sehingga pohon-pohnnya perlu mempunyai alat yang dapat
dipakai untuk menyesuaikan diri di daerah ini, seperti system perakaran tertentu (akar napas, akar lutut, akar
tunjang) Jenis pohon yang penting adalah Avicennia yang berada pada tepi pantai, Sonneratia di tepi sungai
kemudian lebih ke dalam jenis Rhizophora dan lebih ke dalam lagi Bruguiera. Di bagian yang lebih tinggi, yaitu
dimana tempat ini beralih menjadi rawa air tawar sering dijumpai hutan nipah.
Hutan
Rawa
Hutan
Gambut
Hutan rawa kebanyakan berada di sekitar delta sungai atau
di tepi sungai yang sering atau selamanya tergenang air tawar dari sungai. tanah
halus merupakan tanah endapan dari sungai yang berhumus. Seperti halnya pada
hutan payau, maka pada hutan rawa pun drainasenya jelek, sehingga pada hutan
ini pohon-pohonnya mempunyai system yang hampir sama dengan hutan payau pada
hutan payau belum dijumpai tajuk yang berlapis. Sedangkan pada hutan rawa sudah
dijumpai adanya tajuk berlapis. Hutan rawa tidak dipengaruhi oleh iklim setempat. Hutan
rawa banyak diumpai di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan dengan jenis
pohon antara lain Dyera sp (jelutung), Alstonia sp (pulai), kayu ramin, rengas,
belangeran, resak, dan lain sebagainya.
Hutan gambut terdapat pada rawa-rawa pada tanah gambut
yang digenangi air tawar yang berasal dari air hujan yang bersifat asam dan
miskin hara. Tebal gambut pada hutan ini
berkisar antara 1-20m. hutan ini banyak terapat di Sumatera, Kalimantan,
dan Irian Jaya dengan jenis pohon antara lain Alstonia sp, Anisoptera sp, Colophyllum sp, Dryobalanops sp, Shorea sp,
Palquium sp dan lain-lain.
Hutan
Belukar
Hutan ini terjadi di daerah dimana tanah diusahakan
selama waktu yang panjang atau setelah terjadi kebakaran hutan. Bila lapangan
bekas lading/kebakaran ditinggalkan, maka alam akan menutupnya kembali dengan
salah satu tipe vegetasi yang terdiri dari alang-alang atau bambu atau belukar
atau perdu-perdu pionir.
Klasifikasi
Berdasarkan Asal-Usul Biogeografi
Dilihat dari faktor biogeografinya kawasan barat
Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali) tife flora faunanya bersiat Asiatik,
karena menurut asal muasalnya pulau-pulau tersebut tadinya bersatu dengan benua
Asia. Sedangka kawasan timur Indonesia : Irian dan pulau-pulau di sekitarnya
tipe flora dan afunanya bertipe Australia, karena menurut asal muasalnya pulau
tersebut tadinya bersatu dengan Australia.