Jumat, 25 November 2011

PERANAN AGROFORESTRY DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN


PERANAN AGROFORESTRY DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
(Study Kasus di Desa Dukuh Dalem Kecamatan Japara-Kuningan)
OLEH : ADHARI, SST
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUNINGAN


 



ABSTRAK

Sampai saat ini usaha tani masih merupakan sub sektor pertanian yang penting dalam menyumbang penghasilan keluarga. Namun, petani sebagai pelaku utama dalam usaha disektor ini dihadapkan pada permasalahan berupa sempitnya lahan. Untuk memenuhi kebutuhan terutama kebutuhan pangan, petani mengupayakan kegiatan lain selain mengolaha sawahnya, diantaranya dengan mengelola hutan miliknya. Untuk memenuhi bergamnya kebutuhan saat ini, petani cenderung mengusahakan hutan miliknya dengan pola agroforestry, dengan harapan dari lahan hutan yang terbatas, akan diperoleh pendapatan yang kontinyu sehingga akan mendukung tercapainya ketahanan pangan keluarga.

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi akhir-akhir ini memunculkan masalah yang sangat kompleks. Pertambahan jumlah penduduk menghendaki adanya ketersediaan pangan guna mencukupi kebutuhan hidup. Tapi di sisi lain, penyempitan lahan pertanian yang diakibatkan perubahan fungsi lahan terus terjadi, sehingga dihawatirkan akan memicu timbulnya krisis pangan.  Untuk mengantisipasi keadaan tersebut diperlukan suatu kebijakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan di atas, salah satunya dengan pengelolaan hutan rakyat melalui pola Agroforestry. Agroforestry  menawarkan produktifitas majemuk baik diversifikasi mendatar antara komoditi kayu dan pangan, maupun vertikal antara waktu dan generasi. Agroforestry juga memberikan manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial.

II. KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN KUNINGAN
            Program peningkatan ketahanan pangan di Kabupaten Kuningan ditujukan dalam rangka memfasilitasi peningkatan ketahanan pangan masyarakat melalui peningkatan ketersediaan (peningkatan produksi), penganekaragaman pangan, pengembangan usaha bisnis pangan olahan yang kompetitif dan menguntungkan petani, pengembangan kelembagaan pangan serta pengembangan tingkat konsumsi pangan masyarakat (perbaikan menu makanan rakyat menuju kepada tingkat kecukupan gizi seimbang).
            Angka kecukupan gizi yang dianjurkan pada tingkat penyediaan 2.500 kalori dan protein 55 gram masih dalam bentuk bahasa kesehatan. Masalahnya bagaimana 2.500 kalori dan 55 gram protein dapat diterjemahkan kedalam bahasa pertanian, berapa gram per orang per hari atau berapa ton yang harus diproduksi. Untuk itu diperlukan suatu pola pendekatan yang disebut Pola Pangan Harapan (PPH).
            Pola pangan harapan merupakan suatu cara untuk mendapatkan gambaran tentang komposisi pangan yang beraneka ragam yang sekaligus memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan dengan mempertimbangkan kepadatan kalori, nilai gizi, serat, volume pangan serta selera.
            Secara ideal pola pangan harapan adalah; beras 128,334 kg/kapita/tahun, daging 3,561 kg/kapita/tahun, telur 1,722 kg/kapita/tahun, susu 3,326 kg/kapita/tahun, dan ikan 18,715 kg/kapita/tahun.
            Kebutuhan dan ketersediaan pangan di Kabupaten Kuningan Tahun 2009, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No
Komoditi
Kebutuhan Konsumsi (Ton)
Tesedia (Ton)
Surplus/defisit (Ton)
1.
Beras
134,192
198,771
64,579
2.
Daging
6,710
16,505
9,795
3.
Telur
4,473
5,617
1,144
4.
Susu
6,710
12,167
5,457
5
Ikan
19,570
11,742
-7,828

            Sampai saat ini usahatani masih merupakan sub sektor pertanian yang cukup penting dalam menyumbang penghasilan keluarga. Dalam melakukan aktivitasnya petani dihadapkan pada permasalahan berupa sempitnya kepemilikan lahan. Menurut Irawan (2007) disebutkan bahwa sebanyak 56,5% dari 25,4 juta keluarga petani di Indonesia adalah petani gurem, yang memiliki lahan kurang dari 0,5 ha. Padahal luasan minimal yang harus dimilik adalah 1 ha.
            Terbatasnya kepemilikan lahan diyakini akan memberikan kontribusi pendapatan yang kecil jika tidak ada masukan dan inovasi teknologi dalam pengelolaan hutan hak.

III. PERANAN AGROFORESTRY
DALAM MENDUKUNG USAHA KETAHANAN PANGAN
DI DESA DUKUH DALEM

 Faktor yang Mendorong Kegiatan Agroforestry
1.    Sebagian besar petani sudah memiliki pengalaman.
2.    Sifat beberapa jenis tanaman termasuk tanaman pangan yang memiliki ketahanan tertentu sehingga memungkinkan untuk mengatur pola tanam.
3.    Sempitnya luas pemilikan lahan
Tataguna Lahan Desa Dukuh Dalem

Desa

Sawah (Ha)
Darat (Ha)

Jumlah (Ha)
Pekara-ngan
Penga-ngonan
Hutan Rakyat/Ag roforestry
Lain-lain

Dukuh Dalem

14,730

10,690

1,500

148,778

18,309

194,007
Dari data di atas menunjukan bahwa tataguna lahan di Desa Dukuh Dalem didominasi oleh Huta Rakyat (Pola Agroforestry) yaitu 148,778 Ha atau 76,69% dari luas wilayah desa.

Pola Tanam dalam Agroforestry
            Hasil penelitian Diniyati, et.al (2005) terhadap kegiatan agroforestry di Desa Dukuh Dalem Kecamatan Japara menunjukan bahwa pendapatan yang diperolah petani lebih beragam jenisnya dan lebih besar jumlahnya. Petani mengkombinasikan tanaman pertanian, tanaman perkebunan dan tanaman kehutanan dalam satu hamparan lahan.

Pola Tanam Agroforestry di Desa Dukuh Dalem
Pola Tanam
Jenis Tanaman
Tanaman
Semusim
Tanaman
Buah-buahan
Tanaman
Kehutanan
I
Cabe, singkong
Jengkol, Pisang
Sengon
II
-
Melinjo, Pisang
Sengon
III
Singkong, Kac.Merah
Melinjo
Sengon, Mahoni
IV
Padi gogo
Pisang
Sengon
Dari ke empat pola tanam di atas, pola tanam II merupakan pola tanaman yang dominan diterapkan oleh petani.


Tingkat Produksi Sengon, Melinjo dan Pisang dalam Satu Tahun
No
Komoditi
Luas (Ha)
Produksi
Harga satuan (Rp)
Pendapatan (Rp)
Keterangan
1
Sengon
148,778
400m3
1.485.000/m3
594.000.000
Bentuk Kayu balok
2
Melinjo
148,778
130 ton
2000/kg
260.000.000
Biji kupasan
3
Pisang
148,778
360 ton
2500/kg
900.000.000
Buah pisang
Total pendapatan :
1.754.000.000
-

            Dengan pola tanam tadi, petani dapat memperoleh pendapatan yang kontinyu baik dari jumlah maupun ragamnya. Periode waktu pendapatan ini tergantung pada kebiasaan petani dalam memetik hasil serta kondisi tanaman
Hasil penjualan dari sebagian produk oleh petani akan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang tidak bisa dipenuhi sendiri atau untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih besar.
            Beragamnya sumber produk yang bisa dijadikan sumber pangan menunjukan bahwa pengelolaan hutan hak dengan pola agroforestry dapat mendukung tercapainya usaha ketahanan pangan keluarga. Atau, adanya sumber yang dapat dijual dari hutan rakyat baik kayu maupun non kayu untuk menghasilkan uang, tentu akan mendukung tercapainya ketahanan pangan keluarga, karena dengan demikian petani dapat memperoleh pangan yang ada di pasar. Artinya dengan pengelolaan hutan hak secara tepat akan meningkatkan kemampuan menyediakan pangan bagi keluarganya dan kemampuan mengakses pangan yang tersedia di pasar.

IV. PENUTUP
Peranan agroforestry dalam mendukung ketahanan pangan terbukti dari produk yang dihasilkan. Ragamnya sumber uang atau produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan bagi keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Lebih jauh lagi agroforestry dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga mampu mengakses pangan. Bila setiap keluarga petani memiliki ketahanan pangan, maka dalam skala luas akan mendukung tercapainya usaha ketahanan pangan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Eva, F. 2009. Peranan Hutan Rakyat dalam Mendukung Usaha Ketahanan Pangan.
BP4K Kabupaten Kuningan. 2010. Programa Penyuluhan BP4K Kabupaten Kuningan Tahun 2010.
Adhari. 2005. Optimalisasi Pemanfaatn Lahan Milik dengan Pola Agroforestry melalui Penanaman Sengon, Melinjo, dan Kunyit. Jurusan Penyuluhan Kehutanan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor,